Perjalanan saya menjadi Medalis OSN Komputer

Muhammad Indra R
9 min readApr 16, 2019

--

Image from http://ditpsmp.kemdikbud.go.id

Olimpiade Sains Nasional adalah ajang berkompetisi dalam bidang sains bagi para siswa pada jenjang SD, SMP, dan SMA di Indonesia, untuk jenjang SMA terdapat 9 bidang yang dikompetisikan, salah satunya yaitu bidang Komputer/Informatika dimana saya mendapatkan medali perunggu pada OSN 2015 dan medali emas pada OSN 2016, melalui tulisan ini, saya ingin berbagi cerita perjalanan saya hingga bisa meraih medali tersebut yang diharapkan dapat bermanfaat dan memotivasi bagi siswa-siswa lainya di Indonesia.

Ketertarikan saya terhadap dunia pemrograman

Minat saya terhadap bidang ini tidak dari OSN, melainkan sebelum saya mengetahui OSN Komputer, yaitu ketika masih duduk dibangku SMP. Saat itu saya sangat menyukai pemrogramaan karena beberapa hal diantaranya:

  • Mengasah logika, saya sebagai tipe orang yang tidak menyukai afalan, merasa cocok dengan bidang komputer khususnya pemrograman, kalau kata anak Pojok Programmer tuh “yang penting logikanya!”.
  • Hanya butuh laptop dan internet, saya lahir dari keluarga sederhana, sangat sulit untuk berharap memiliki ini itu, seandainya saat itu mimpi saya ingin menjadi gitaris, mungkin saya harus buang jauh-jauh mimpi itu karena keluarga saya tidak mempunyai cukup uang untuk bisa membelikan saya alat-alat keperluan untuk menjadi gitaris. Internet yang saya gunakan saat itu adalah paket unlimited 50 ribu per bulan, dimana kecepatanya tidak lebih dari 10 kb/s. Laptop yang saya gunakan saat itu juga pemberian dari sepupu saya yang sudah tidak dia gunakan lagi, spesifikasi nya pun haha, cek sendiri ya…
HP Mini ( https://www.amazon.com/HP-Mini-110-3098NR-Netbook-Laptop/dp/B005HIQYVY)
  • Komunitas, meski keadaan ekonomi saya saat itu kurang baik tetapi komunitas lah yang selalu dukung saya untuk tetap semangat, mereka juga membantu dan mengajari saya banyak hal.

Meskipun bisa dikatakan saya sudah start duluan, tetapi yang sudah saya pelajari selama itu tidaklah banyak membantu di ajang OSN karena OSN Komputer itu sendiri fokus dengan Competitive Programming sedangkan yang saya pelajari adalah Software Engineering, keduanya sama sama coding tetapi tidak sama.

Lahirnya semangat untuk meraih prestasi di OSN bidang Komputer

Ketika libur kelulusan SMP, saya baru mengetahui adanya OSN bidang Komputer untuk jenjang SMA, saat pertama mengetahui itu, saya sangat semangat untuk ikut, tetapi ketika pertama kali melihat soal-soalnya “kok gini? kok kaya osn matematika?” sempat cukup lama untuk saya masih menyimpan kebingungan tersebut.

Tetapi motivasi untuk membanggakan orang tua membuat saya tetap lanjut mempelajari OSN Komputer ini, apalagi setiap saya meminta ibu saya untuk membelikan buku pemrograman, ia selalu bilang “buat apa sih?”, saya ingin sekali untuk bisa menjadi seorang anak yang bisa mereka banggakan dan menjadi seorang anak yang akan membahagiakan mereka ketika mereka sudah tua kelak.

Persiapan OSK

Sekolah saya saat itu, SMAN 34 Jakarta, tidak menyediakan guru/pelatih untuk OSN bidang Komputer, karena ya… sudah tidak ada pelajaran komputer lagi saat itu, jadi tidak ada guru komputer. Sekalipun ada, belum tentu gurunya mengerti pemrograman karena pelajaran komputer biasanya mempelajari office/windows.

Akhirnya saya pun belajar sendiri dan latihan tanpa henti, saya sampai mencetak semua soal OSK dan OSP untuk bisa saya bawa kemana-mana… yup, kemana-mana, biasanya saya mengerjakan 2 sampai 4 soal ketika sedang tidak ada guru atau mengerjakanya di angkutan umum ketika dalam perjalanan berangkat atau pulang dari/ke sekolah.

Saya kerajinan? tidak juga… alasan utama saya mengerjakan latihan soal-soal di sela-sela waktu luang adalah karena saya tau kalau semisal saya merencanakan “ah latihan nanti deh hari minggu” pasti hanya omong kosong, entah saya nanti malas atau ada acara lain, atau bahkan lebih buruknya menundanya lagi “minggu depan aja deh”.

Selain itu, saya juga membuat spreadsheets sebagai acuan bahwa saya harus mengerjakan soal sebanyak-banyaknya (link spreadsheets-nya)

ini semua jawaban saya sendiri, jadi belum tentu benar

Oya, ada cerita lucu, sebenarnya saat itu ada pembina OSN bidang Komputer di SMA saya, namanya Pak Tri Wahono, biasa disebut Pak TW, tetapi ia cuma bantu “membimbing” saja seperti bantu support dan bantu menyediakan ruangan jika ingin latihan bersama. Lucunya adalah setiap saya bertemu Pak TW, ia akan mengucapkan quotes yang sama

“Kamu adalah apa yang kamu pikirkan”

Jujur sampai sekarang saya tidak tau apa makna dari quotes tersebut tetapi terima kasih banyak Pak untuk selalu mendukung saya.

Kembali ke cerita, akhirnya saya mengikuti OSK, alhamdulillah berjalan lancar dan saya ada didalam top 5 untuk wilayah Jakarta Selatan, tetapi peringkat saya lumayan jauh jika dilihat dari keseluruhan wilayah DKI Jakarta, meski begitu saya tidak patah semangat dan tetap lanjut ketahap selanjutnya yaitu Pra-OSP dan OSP.

Bertemu banyak siswa dari sekolah lain di Pelatihan OSP DKI Jakarta

Saya sangat merasa beruntung karena untuk wilayah DKI Jakarta diadakan pelatihan sebelum Pra-OSP dan OSP mungkin sekitaran seminggu lamanya, di pelatihan inilah untuk pertama kali saya mengenal beberapa anggota TOKI yaitu Reinhart Hermanus, Jessica Handojo dan Jennifer Santoso. TOKI sendiri singkatan Tim Olimpiade Komputer Indonesia yaitu sebuah istilah untuk siswa-siswa yang sudah pernah meraih medali di OSN bidang Komputer. Saat itu saya sangat kagum melihat mereka dan tak pernah sekalipun terpikirkan bahwa saya akan menjadi anggota TOKI juga kelak.

Ka Jessica sedang menjelaskan algoritma Quick Sort dalam bahasa pascal

Dipelatihan ini saya mendapatkan banyak ilmu dari para senior TOKI, apalagi sebelumnya saya belajar secara otodidak dimana saya tidak tau apakah yang saya pahami itu benar atau salah. Di pelatihan ini pun saya melihat banyak sekali siswa-siswa lain yang begitu bersemangat melebihi diri saya, mereka rajin sekali bertanya atau menjawab pertanyaan saat sesi latihan sedangkan saya hanya duduk manis mendengarkan.

Pelatihan saat itu berada di SMAN 78 Jakarta, dimana saya harus naik turun angkot 3 kali ditambah berjalan sekitar 700 meter untuk sampai ke sekolah tersebut dari rumah saya, meski melelahkan bahkan pernah kehujanan saat di jalan tetapi saya sama sekali tidak pernah mengeluh karena saya selalu teringat alasan saya mengikuti kompetisi ini.

Pra-OSP dan OSP

Pra-OSP pun berlalu, dan saya mendapatkan peringkat 29 dari 40 siswa, sedangkan yang akan lolos dari OSP ke tahap OSN hanya 7–9 siswa saja, jauh bukan? ya, saya menyadari itu, meski saya bersemangat untuk meraih prestasi di kompetisi ini, tetapi saya juga sadar diri “saya siapa?”, jadi memang ketika itu saya tidak ada tekanan sama sekali dari orang lain, sehingga saya tetap melanjutkan pelatihan lagi untuk mengikuti seleksi OSP.

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba, yaitu OSP! seleksi yang menentukan siapa saja siswa-siswi terpilih yang akan mewakili DKI Jakarta ke tingkat Nasional. Alhamdulillah saya bisa mengerjakan soal nya dengan tenang dan teliti.

Perlu waktu 1 bulan lamanya untuk menunggu hasil OSP, dimana saya saat itu sudah melupakan semua ini, saat itu saya hanya “ah sudahlah, kayaknya gamungkin juga lolos, saatnya kembali ke kehidupan siswa SMA seperti biasanya”.

Pengumuman…

Malam itu beberapa orang di Group Facebook OSN mulai bermunculan mempertanyakan “katanya malam ini pengumuman ya?”, tetapi saya mengabaikan itu karena saat itu saya sama sekali tidak terpikirkan akan lolos.

Jam 5 Pagi, saya terbangun dengan kondisi laptop yang masih menyala, saya melihat kembali laptop saya sebelum bersiap berangkat sekolah. Betapa kagetnya saya ketika mengecek facebook saya dan ada pesan ini

Dhanar adalah salah satu kenalan saya ketika pelatihan

Jujur saya tidak bisa mengekspresikan perasaan senangnya saat itu dengan kata-kata disini, setelah itupun saya langsung membangunkan orang tua yang masih tidur… “Pah, Mah, aku lolos”, kita pun terharu bersama pagi itu.

Setelah cek Group Line ternyata sudah banyak teman kelas saya juga yang mengucapkan selamat kepada saya.

Satu langkah lagi…

Rasa senang lolos OSP pun harus saya simpan karena saya tau ada 1 langkah lagi yang tidak mudah yaitu tingkat Nasional melawan 80an siswa lain dari seluruh provinsi di Indonesia.

Pelatihan pun berlanjut, tetapi kali ini dilaksanakan selama 3 minggu bersama 6 siswa kontingen DKI Jakarta lainya, diawal pelatihan masih berjalan lancar dan saya cukup bersemangat mengikutinya, akan tetapi di minggu terakhir saya pun merasa tidak tenang karena merasa belum siap menghadapi soal-soal OSN ditambah sudah ada banyak tekanan dari teman-teman sekolah yang mengharapkan saya untuk bisa membawa pulang medali.

(Degol, Kezia, Edwin, Nadhira, Andreas, Me, Serano)

Hari 1 OSN — Mengecewakan…

Untuk OSN Komputer diadakan selama 5 jam x 2 hari dimana terdapat 3 soal per hari nya dengan maksimal poin 100 per soal, dihari pertama ini adalah pengalaman pertama saya mengikuti perlombaan sebesar ini, tentu yang saya rasakan saat itu gugup. Sangat disayangkan kegugupan itu membuat saya panik selama 5 jam, saya mengerjakanya dengan berantakan, time management saya sangat berantakan saat itu. Hasilnya pun saya mendapatkan total poin 60 dari 300 dan mendapatkan peringkat 48 dari 85 peserta saat itu, sedangkan total medali ada 30. Lalu beberapa teman saya mendapatkan nilai sekitar 160an pada hari itu dan masuk ke 30 besar.

Sepulang dari tempat tes, saya hanya terdiam seperti bayangan di antara teman-teman saya, mereka semua saling bertukar cerita tentang bagaimana tes tadi, sedangkan saya masih merasa kecewa dan down dengan hasil yang saya dapat.

“Bagaimana tadi ndra” — salah satu teman saya di Group Line kelas, sayapun menceritakan kekecewaan saya pada hari itu ke seluruh teman kelas, mereka semua langsung mencoba menyemangati saya, “gapapa ndra, sampai nasional udah keren banget loh”.

Lalu salah satu teman saya pun berinisiatif untuk merubah profile picture line nya menjadi foto saya untuk menyemangati saya waktu itu, teman-teman saya lainya pun mengikutinya.

Pada malam itupun saya menyadari suatu kesalahan yang saya lakukan ketika lomba yaitu saya terlalu mengincar poin sempurna untuk suatu soal sedangkan teman-teman saya mengais poin dikit demi sedikit dari subsoal. Tak habis ku berusahan untuk memotivasi diri sendiri sambil menahan nangis bahwa masih ada kesempatan di hari kedua.

Hari 2 OSN — Comeback is real!

Di hari kedua, saya sudah berhasil melupakan kesedihan saya di hari pertama, sejak tes dimulai saya pun mengerjakan soal dengan strategi “ngais dari poin poin kecil”. Saya pun memilih salah satu soal yang menurut saya mudah untuk dijawab, saya pun tidak lama pikir, langsung saja saya menjawab soalnya dengan jawaban apa adanya dan betapa kagetnya saya ketika grader menunjukan nilai 72/100 untuk soal tersebut, itu membuat saya makin bersemangat, akhirnya saya menyelesaikan hari kedua itu dengan total poin 180.

Untuk OSN bidang Komputer terdapat public scoreboard dimana terdapat total poin dari semua peserta selama 8 jam (dari 10 jam perlombaan, jadi 2 jam nya tidak dimunculkan), disitu nama saya berada di peringkat 21, sayapun merasa lega meski sebenarnya belum tentu meraih medali karena bisa saja di 2 jam sisanya saya dibalap oleh peserta lainya.

Pengumuman

Bagian paling ditunggu-tunggu, akhir dari perjuanganku ini, setelah menahan jantung yang seperti mau copot.

“Muhammad Indra Ramadhan dari SMAN 34 Jakarta” — nama saya pun dipanggil sebagai salah satu peraih medali perunggu OSN Komputer, tak habisnya saya terus bersyukur kepada Tuhan atas semua ini.

Tahun kedua

Sebenarnya saya ingin sekali menceritakan tentang tahun kedua OSN saya ini, tetapi saya merasa tidak ada banyak hal istimewa dari tahun kedua ini dibanding tahun pertama selain keberhasilan saya untuk meraih medali emas.

Hal paling istimewa yang saya dapatkan dari OSN ini

Mungkin quotes berikut dapat menjelaskan secara singkat yang saya rasakan setelah meraih medali OSN

With great power comes great responsibility” — Uncle Ben

Selama kuliah ini saya merasa memiliki banyak tanggung jawab seperti tanggung jawab untuk berprestasi, tanggung jawab untuk menjadi contoh bagi orang sekitar, tanggung jawab untuk berkontribusi bagi negara, dll. Mungkin tanggung jawab itu berkesan seperti tekanan, tetapi tekanan itulah yang menjadi bahan bakar semangat saya untuk selalu menjadi yang terbaik. Selain itu, pengalaman OSN ini juga membuat saya menjadi lebih percaya diri menghadapi banyak hal — “I am Indra, yes, i can do it”

Akhir kata…

Tetap semangat untuk meraih mimpi mu! apapun kesulitanya dan ketidakmungkinanya, percayalah… keajaiban akan selalu ada bersama orang orang yang pantang menyerah

Bonus

Latihan troooss… (ketika pelatihan persiapan osn tahun kedua)
Dapat auto nilai bagus yey
Yang tadinya hanya melihat terkagum-kagum dengan anggota TOKI, akhirnya saya bisa foto bersama dengan teman teman TOKI lainya.
Mah, aku juara

--

--

Responses (2)